TV Online



Wednesday, September 7, 2011

Blog Cheat Point Blank

andriepekalongancheater.blogspot.com

Tuesday, October 5, 2010

Larangan merayakan hari valentine

Assalamualaikum .Wr.Wb

Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.

Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

Perayaan Valentine’s Say adalah Bagian dari Syiar Agama Nasrani

Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani.

Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari .

Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis dari Romawi kuno.

Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.

Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.

Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.

Valentine Berasal dari Budaya Syirik.

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka,
naudzu billahi min zalik.

Semangat valentine adalah Semangat Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.

Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?

Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.

Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Monday, January 18, 2010

Menuntut Ilmu

Anjuran menuntut ilmu


Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.

Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar (‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar.

Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu Allah memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena.

Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam.

Dalam surat Al-‘Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.

Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang berilmu.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad Saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam.

Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yang baik yang disebut dengan Al-Madinah al-Fadhilah.

Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender. Pria dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan ilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya dengan benar. Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata: “Aku sangat senang dan sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama”.

Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yang bermanfaat.


Penghalang-penghalang dalam menuntut ilmu


Ilmu adalah cahaya yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Tidak diragukan lagi kedudukan orang yang berilmu disisi Allah adalah lebih tinggi beberapa derajat. Hanya orang-orang yang berilmu & berakal lah manusia dapat memahami kebesaran Allah melalui penciptaan alam semesta beserta segala isinya.

Demikian mulia kedudukan orang yang berilmu sehingga Rasulullah meriwayatkan dalam sebuah hadist :

“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu maka Allah mudahkan jalannya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan di atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yangmengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telahmendapatkan bagian yang paling banyak.1

Siapa sich orang yang ga mau di doakan oleh malaikat dan makhluk-makhluk Allah yang ada di bumi?? Sungguh hal tersebut adalah suatu kemuliaan yang besar.

Seperti kata pepatah “No pain, no gain” (tidak ada yang akan kita dapatkan tanpa pengorbanan), maka untuk mencapai kemuliaan yang bernama ilmu itu pasti ada tantangan yang harus kita hadapi..

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menghalangi sampainya kemuliaan ilmu kepada seseorang :

  1. Niat yang rusak

Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu rusak maka rusaklah seluruh amalannya. Sebagaimana sabda Rasulullah “Amal itu tergantug niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkan…”2)

Imam Malik bin Dinar (wafat th.130 H) rahimahullah mengatakan,”Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah Ta’ala maka ilmu itu akan menolaknya hingga ia dicari hanya karena Allah.”

2. Ingin Terkenal dan Ingin Tampil

Coba kita ingat mungkin terkadang saat kita belajar terbersit di hati kita “Supaya jadi rangking 1 atau jadi juara umum dan dikenal orang?? Ya, ingin terkenal dan ingin tampil adalah penyakit kronik. Tidak seorang pun yang bisa selamat darinya kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhana Wa Ta’ala. Hal itu lebih dikeal dengan sebutan riya. Rasulullah sangat mengkhawatirkan adanya penykit ini pada umatnya. Karena seringkali penyakit itu halus hingga muncul tanpa kita sadari, hingga Rasulullah mengibaratkan bahwa penyakit riya itu seperti semut hitam, di batu hitam pada malam yang gelap. Nah lho, bayangin hampir ga keliatan khan?? So, be careful…

Rasulullah bersabda,”….sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah kesyirikan dan syahwat tersembunyi.”3

Mahmud bin Ar-Rabi berkata : “syahwat yang tersembunyi maksudnya adalah seseorang ingin / senang apabila kebaikannya dipuji oleh orang lain. Hendaknya kita behati-hati terhadap penyakit ini, karena Allah memperingatkan dalam sebuah hadist yang diampaikan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi Wassallam :

“Barangsiapa yang menyiarkan amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya. Dan banrangsiapa yang beramal karena riya maka Allah akanmembuka niatnya di hadapan manusia pada hari kiamat.”4 Naudzubillahi mindzalik.

3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu

Jika kita tidak memanfaatkan majelis ilmu yang dibentuk dan pelajaran yang disampaikan, niscaya kita akan gigit jari sepenuh penyesalan. Kalau kebaikan yang ada di majelis ilmu hanya berupa ketenangan dan rahmat Allah yang meliputi mereka, maka dua alasan itu saja seharusnya sudah cukup sebagai pendorong untuk menghadirinya. Apalagi jika seseorang mengetahui bahwa orang yang menghadiri majelis ilmu –insyaAllah- mendapatkan dua keberuntungan, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ganjaran pahala di akhirat??!

4. Beralasan dengan banyaknya kesibukan

Alasan ini sewringkali dijadikan syaitan sebagai alasan menjadi penghalang dalam menuntut ilmu. Coba dihitung, Allah memberikan kita 24 jam, 8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk istirahat, masih sisa 8 jam lagi… apa yang selama ini telah kita lakukan untuk memanfaatkan sisa waktu itu???

5. Menyia-nyiakan kesempatan belajar di waktu kecil.

Allah Ta’ala berfirman : ”Dan beribadahlah kepada Rabb-mu hingga datangnya kematian.” (QS.Al-Hijr : 99)

Karena itu, mari kita semua para remaja, maupun orang tua, laki-laki maupun wanita, kita bertaubat pada Allah Ta’ala atas apa yang telah luput dan berlalu. Sekarang, kita mulai menuntut ilmu, menghadiri majelis ta’lim, belajar dengan benar dan sungguh-sungguh dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya sebelum ajal tiba.

Ketika ditanya pada Imam Ahmad, ”Sampai kapankah seseorang harus menuntut ilmu?” Beliau pun menjawab ”sampai meninggal dunia.”

6. Bosan dalam menuntut ilmu

Diantara penghalang menuntut ilmu adalah merasa bosan dan beralasan dengan berkonsentrasi mengikuti peristiwa yang sedang terjadi. Ilmu yang kita cari seharusnya mendorong kita untuk mengetahui keadaan kita sendiri. Kita tidak akan bisa mengatasi berbagai masalah dan musibah yang menimpa kecuali dengan meletakkannya pada timbangan syariat. Seorang penyair mengatakan : ” Syariat adalah timbangan semua permasalahan dan saksi ata akar masalah dan pokoknya”5

Bosan itu adalah penyakit. Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan ada obatnya. Tidaklah musibah terjadi melainkan ada penyelesaiannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, kita harus melawan rasa bosan yang terkadang timbul saat kita belajar. Belajarlah sampai Anda mendapatkan nikmatnya ilmu.

7. Menilai Baik Diri Sendiri

Maksudnya adalah merasa bangga apabila dipuji dan merasa senang apabila mendengar oranglain memujinya.

Allah TA’ala berfirman : ”Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm : 32)

8. Tidak Mengamalkan Ilmu

Tidak Mengamalkan Ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya keberkahan ilmu. Allah Ta’ala benar-benar mencela orang yang melakukan ini dalam firmanNya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan hal yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff : 3)

9. Putus Asa dan Rendah Diri

Allah berfirman : “Dan Allah mengeluarkankamu dari perut ibumu dlam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan danhati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 78)

Putus Asa dan Rendah Diri adalah salah satu penghalang ilmu. Semua manusia dicptakan dalam keadaan sama yang tidak mengetahui sesuatupun. Jangan merasa rendah diri dengan lemahnya kemampuan menghapal, lambat membaca atau cepat lupa.

Selain itumenjauhi maksiat adalah sebab paling utama dalammenguatkan hapalan dan memperoleh ilmu.

10. Terbiasa Menunda-Nunda

Yusuf bin Asbath rahimahullah mengatakan : ”Muhammad bin samurah pernah menulis surat kepadaku sebagai berikut : ” Wahai saudaraku janganlah sifat menunda-nunda menguasai jiwamu dan tertanam di hatimu karena ia membuat lesu an merusak hati. Ia memendekkan umur kita, sedangkan ajal segera tiba… Bangkitlah dari tidurmu dan sadarlah dari kelalaianmu! Ingatlah apa yang telah engkau kerjakan, engkau sepelekan, engkau sia-siakan, engkau hasilkan dan apa yang telah engkau lakukan. Sungguh semua itu akan dicatat dan dihisab sehingga seolah-olah engkau terkejut dengannya dan engkau sadar dengan apa yang telah engkau lakukan, atau menyesali apa yang telah engkau sia-siakan.”6

11. Belajar kepada Ahlul Bid’ah

Seorang penuntut ilmu tidak boleh belajar pada ahlul bid’ah karena ahlul bid’ah merasa ridha terhadap sesuatu yang menyelisishi agama Allah, seolah-olah ia mengatakan bahwa Allah Ta’ala belum menyempurnakan agama ini dan Rasulullah belum menyampaikan seluruh risalah.

12. Tergesa-gesa ingin memetik buah ilmu.

Seorang penuntut ilmu tidak boleh tergesa-gesa dalam usahanya memperoleh ilmu, karena belajar adalah proses seumur hidup. Terutama yang berkaitan dalam masalah agama tidak cukup dilakukan dlam waktu satu atau dua tahun belajar.

Imam Yahya bin Abi Katsir rahimahullah mengatakan,”Ilmu tidak bisa diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan”

Imam Ibnu Madini rahimahullah mengatakan,”Dikatakan kepada Imam As-Sya’bi ’Darimana Anda peroleh semua ilmu ini?’ Beliau menjawab,’Dengan tidak bergantung pada manusia, menjelajahi berbagai negeri, bersabar seperti sabarnya benda mati, dan berpagi-pagi mencarinya seperti pagi-paginya burung gagak.



“adab menuntut ilmu”.

Hmm, kebanyakan orang sekarang menuntut ilmu ibarat mendapatkan sebiji burger, ‘rakus’ dan kurang kesabaran. Berbeza dengan orang dulu-dulu dalam usaha mendapatkan ilmu, mereka rela bersusah payah, berjalan beribu batu, tapi kini tak perlu berjalan, macam-macam cara ada seperti emel, telefon, kenderaan dan lain-lain lagi. Seperti ulama hadits di zaman awal dulu, mereka mengembara jauh, hanya semata-mata untuk mendapatkan satu hadits. Tapi, jika kita bandingkan dengan manusia di dewasa ini, mereka membayar ratusan ringgit kepada seseorang pengajar, maka mereka mengharapkan sesuatu yang banyak dalam masa yang singkat, tapi tiada kesedaran yang tinggi. Itulah yang saya kata macam burger, dalam burger tu macam-macam ada. ;)

Ketahuilah, walaupun anda membayar seseorang untuk mendapatkan ilmu, memanglah dari dasar ke-pengguna-an, anda ada hak untuk mendapatkan sesuatu, nak komen itu dan ini, namun dari segi NILAI ILMU dan ADAB, anda juga perlu tahu dan amalkan. Adab bagaimana? Mudah sahaja:

1. Jika pengajar atau mereka yang anda minta bantuan lambat memberikan jawapan atau sesuatu ‘ilmu’, anda perlu bersabar. Jangan berkata belakang, mengumpat atau mengeluh, jika tidak, mungkin ilmu yang mereka berikan tak berguna untuk anda. ;)

2. Ikhlas di dalam menuntut ilmu

3. Tidak menghebahkan cacat-cela dan kekurangan guru/pengajar tadi. Simpan elok-elok keburukan mereka, dan berdoalah kepada Allah agar kekurangan mereka itu diganti dengan kebaikan. Ketahuilah, mereka pun manusia biasa!

4. Hormatilah ilmu walaupun ia secebis ayat yang mudah. Hmm, tapi jika anda perhatikan sekarang, begitu banyak ilmu yang mudah kita dapat, tapi satu pun tak memberi hasil kepada kita, kenapa? Itulah jawapannya, tidak ‘menghormati’ ilmu..

5. Manfaatkan ilmu yang ada sebaik-baiknya. Jangan disalahgunakan.

6. Semasa menuntut ilmu seperti di seminar, berikan perhatian kepada pengajar. Ini adalah satu adab.

7. Jika anda menuntut ilmu dan kemudian anda merasakan anda lebih tahu, lantas anda merendah-rendahkan orang itu, ketahuilah, secara tidak langsung anda merendah-rendahkan ilmu yang dimilikinya. Anda telah menghina ilmu. Tahukah anda? Ilmu yang manusia ketahui adalah milik dan dari Allah? Tidakkah berat kesalahannya jika kita menghina ilmu yang bernilai itu??

8. Balik dari seminar, jangan campak nota-nota, modul dan pemberian ’si guru’. Letaklah di tempat-tempat yang tinggi, atau sekurangnya di tempat yang sesuai. Simpan dan guna elok-elok. Hormatilah imu, hormatilah ilmu..

9. Bersabar di dalam mempraktikkan ilmu dan di dalam tempoh untuk mendapatkan hasil

10. Bersabar dengan ‘guru’ anda atau dengan mereka yang anda minta bantuan. Jika cara atau ‘tindakan’ mereka tidak bagus atau kurang disukai oleh diri anda, bersabarlah..

Walaupun apa yang saya katakan di atas amat mudah pada akal manusia, tetapi itulah, yang mudah inilah yang manusia tak peduli. Ya lah, ego, aku punya sukalah.. Tetapi, ketahuilah, ilmu yang baik akan memberikan kesan buruk dan tidak memberikan manfaat pun kepada anda jika anda tidak menjaga baik-baik dan tidak menghormatinya.

* Masa saya belajar dulu di universiti, saya tengok selepas final exam, ramai student membuang nota-nota dan buku ke dalam tong sampah. Ya lah, exam dah habis kan. Buang je lah, buat apa nak simpan-simpan. Aduhai, malangnya nasib ilmu. Hmm, adakah itu salah satu sebab mereka terus menganggur, susah mendapat kerja?? ;) Satu balasan? Wallahu ‘alam, hanya Allah Yang Lebih Tahu.

Apakah kesan jika tiada ADAB?

Satu soalan yang baik. ;)

Apa yang saya perhatikan, mereka yang ‘melaburkan’ ratusan ringgit untuk ke seminar perniagaan internet, susah atau ‘tidak dapat’ memulakan perniagaan mereka, atau tidak berjaya ( gagal? ) malah ada yang semakin kabur (blank)!! Mengapa ini terjadi?? Mudah sahaja tuan puan, mereka tidak ada adab di dalam menuntut ilmu. Mereka pergi ke seminar hanya semata-mata inginkan ilmu untuk hasil yang cepat, rakus, di dalam seminar tidak memberikan tumpuan, mencari cacat-cela pengajar dan menghebohkan kepada orang lain kekurangan ‘guru’ itu, tidak menghormati ilmu yang asas / mudah (kononnya dah expert lah) dan…. mengeluh, seminar tu “hype” jer lebih.

Akhirnya… Kerana tiada penghormatan kepada ilmu dan kepada ‘guru’ tadi, impian untuk menjadi usahawan internet terbengkalai, fikiran semakin kabur, tidak nampak jalan dan akhirnya terpengaruh dengan mereka yang dengki kepada si guru tadi untuk menyebarkan kekurangan si guru tersebut. Nah, bertambah-tambah keburukan si anak murid tadi gara-gara TIADA ADAB!

Beradablah, beradablah.. Walaupun anda membayar si guru tadi, adab tetap nombor 1. Mesti diutamakan. Inilah yang saya perhatikan mengapa yang pergi ke seminar, atau bertanya apa-apa dengan seseorang, mereka ‘tak berjaya’ kerana tiada adab di dalam menuntut ilmu. Ketahuilah, ilmu itu amat tinggi nilainya walau satu panduan dalam satu ayat. Anda tetap perlu menghormati ilmu itu dan juga mereka yang memberikan anda ilmu. Hormatilah mereka.. InsyaAllah, kejayaan akan datang menyusul.

“Oh manusia zaman sekarang, di mana budi pekerti-mu? Di manakah nilai jati-diri ketimuranmu? Di manakah dikau letak nilai kerohanian agamamu?? Ber-adablah dengan sesiapa sahaja yang memberikan ilmu kepadamu, jika kamu ingin berjaya!”.



Tata cara menuntut Ilmu


Barang siapa belum menekuni dasar-dasar ilmu, niscaya tidak akan bisa menguasai ilmu yang diinginkan. Barang siapa yang ingin mendapatkan ilmu langsung sekaligus, maka ilmu itu akan hilang dari dia secara sekaligus pula. Ada sebuah ungkapan: “Penuh sesaknya ilmu yang didengarkan secara berbarengan akan menyesatkan pemahaman.” Dari sini, maka harus ada pendasaran terhadap setiap ilmu yang ingin engkau kuasai dengan cara menekuni dasar-dasar ilmu dan kitab yang ringkas pada seorang guru yang mumpuni, bukan dengan cara otodidak saja serta harus berjenjang dalam belajar.
Allah SWT berfirman (yang artinya), “Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Al-Israa’: 106).
“Berkatalah orang-orang kafir: ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32).
“Orang-orang yang telah kami beri al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya ….” (Al-Baqarah: 121).
Dasar ilmu itu didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah juga pada beberapa kaidah yang diambil dari hasil penelitian dan pengamatan yang sempurna terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ini adalah yang paling penting yang harus dikuasai oleh seorang penuntut ilmu.
Sebagai contoh adalah kaidah: “Di mana ada kesulitan di situ ada kemudahan.” Kaidah ini bersuddmber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalil dari Al-Qur’an di antaranya sebagai berikut. “…. Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan ….” (Al-Hajj: 78). Adapun dalil dari As-Sunnah adalah sabda Rasulullah saw. kepada Umran bin Hushain: “Shalatlah dengan berdiri, lalu jika engkau tidak mampu maka dengan duduk, dan kalau tidak mampu juga maka dengan berbaring.” (HR Bukhari). Juga, sabda beliau, “Kalau saya perintahkan kalian untuk melakukan sesuatu, maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ini adalah sebuah kaidah yang jika engkau membawakan seribu masalah yang bermacam-macam, niscaya engkau akan bisa menghukuminya berdasarkan pada kaiah ini. Namun, seandainya engkau tidak mengetahui sebuah kaidah, engkau akan sulit memecahkan meskipun hanya dua permasalahan sekalipun.
Berikut ini beberapa perkara yang harus engkau perhatikan pada setiap disiplin ilmu yang hendak engkau pelajari.
  1. Menghafal kitab ringkasan tentang ilmu tersebut.
  2. Menguasainya dengan bimbingan guru yang ahli di bidangnya.
  3. Tidak menyibukkan diri dengan kitab-kitab besar yang panjang lebar merinci permasalahan sebelum menguasai pokok permasalahannya.
  4. Tidak pindah dari satu kitab ke kitab lainnya tanpa ada sebab (tuntutan), karena ini termasuk sifat bosan.
  5. Mencatat faidah dan kaidah ilmiah.
  6. Membulatkan tekad untuk menuntut ilmu dan meningkatkan keilmuannya, serta penuh perhatian dan mempunyai keinginan keras untuk bisa mencapai derajat yang lebih tinggi sehingga bisa menguasai kitab-kitab besar dan panjang lebar dengan sebuah dasar yang kokoh.
Pertama, Menghafal Kitab yang Ringkas tentang Ilmu Tersebut
Misalnya, kalau engkau menginginkan mempelajari ilmu nahwu, hafalkanlah kitab yang ringkas tentang nahwu. Kalau baru mulai belajar, engkau bisa menghafalkan Al-Ajrumiyyah, karena kitab ini jelas dan lengkap. Lalu, lanjutkan ke matan Alfiyah karya Imam Ibnu Malik, karena kitab ini adalah inti sari ilmu nahwu.
Dalam ilmu fiqih, hafalkanlah kitab Zaadul Mustaqni’, karena kitab ini telah disyarah (diulas), diberi catatan kaki, dan diajarkan, meskipun sebagian matan yang lain ada yang lebih baik dari satu sisi, namun kitab ini lebih baik dari sisi banyaknya permasalahan yang terdapat padanya, juga dari sisi sudah diberi syarah dan catatan kaki.
Dalam ilmu hadits, hafalkanlah ‘Umdatul Ahkaam, dan kalau mau lebih, hafalkanlah Buluughul Maraam. Dan, kalau engkau baru memilih salah satu di antara keduanya, hafalkanlah Buluughul Maraam saja, karena kitab ini lebih baik dan haditsnya lebih banyak, juga karena pengarangnya Al-Hafizh Ibnu Hajar telah menjelaskan derajat haditsnya, yang hal ini tidak terdapat pada kitab ‘Umdatul Ahkam. Walaupun sebenarnya derajat hadits pada kitab ‘Umdatul Ahkam sangat jelas, karena kitab ini tidak memasukkan kecuali hadits yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Dalam ilmu tauhid, yang terbaik adalah kitab Tauhid karya Syaikul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. Dan, akhir-akhir ini sudah ada yang menakhrij hadits-haditsnya serta menjelaskan yang dha’if pada sebagiannya.
Dalam bab nama dan sifat Allah, yang terbaik adalah kitab Al-Aqiidah al-Waasithiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Kitab ini lengkap, penuh berkah dan faedah. Dan, begitu seterusnya, ambillah dalam setiap disiplin ilmu kitab yang ringkas, lalu hafalkanlah.
Kedua, Menghafalnya dengan Bimbingan Guru yang Ahli di Bidangnya
Mintalah keterangan kitab yang engkau pelajari kepada seorang guru yang baik, ahli, dan amanah. Hal ini agar lebih selamat dari penyimpangan pemahaman. Juga, engkau akan lebih mudah dalam memahami dan lebih cepat.
Imam Ash-Shafadi berkata: “Oleh karena itu, para ulama berkata: ‘Janganlah kamu belajar dari seorang shahafi (orang yang belajarnya otodidak) juga jangan dari mush-hafi (orang yang belajar baca Al-Qur’an secara otodidak).’ Maksudnya, jangan kamu belajar Al-Qur’an dari seseorang yang hanya belajar lewat mush-haf, dan jangan belajar hadits dan ilmu lainnya dari orang yang belajarnya otodidak.”
Oleh karena itu, kita dapati ribua biografi para ulama dari zaman ke zaman dalam berbagai dimensi ilmu selalu penuh memuat nama-nama guru dan murid-muridnya, baik yang sedikit maupun banyak. Dan, lihatlah para ulama yang banyak gurunya, sehingga ada di antara mereka yang gurunya mencapai ribuan, sebagaimana biografi ulama bujangan dalam kitab Al-Isfaar.
Tidak disarankannya belajar secara otodidak atau kepada orang yang belajarnya otodidak dimaksudkan untuk terhindar dari bacaan atau pemahaman yang menyimpang. Dan, tidak disarankannya belajar tanpa guru jika kitab yang engkau baca tidak ada keterangnnya. Adapun kalau kitab itu ada keterangannya seperti mush-haf Al-Qur’an yang terdapat pada zaman sekarang, maka urusannya lain. Karena, hal itu sudah jelas. Tetapi, jika kitab yang engkau baca itu tidak ada penjelasannya atau keterangannya, hendaknya engkau didampingi oleh seorang guru agar terhidar dari bacaan atau pemahaman yang salah.
Ketiga, Tidak Menyibukkan Diri dengan Kitab-Kitab Besar dan Panjang
Ini masalah yang penting bagi pelajar, yaitu hendaknya dia menguasai kitab-kitab yang ringkas terlebih dahulu, baru nanti masuk pada kitab-kitab yang besar. Tetapi, ada sebagian pelajar yang bersikap aneh, dia mempelajari kitab yang besar, lalu apabila duduk di sebuah majelis ilmu, dia berkata, “Telah berkata pengarang kitab ini, berkata pengarang kitab itu, dan seterusnya.” Ini untuk menunjukkan bahwa dia banyak membaca kitab. Bagi pelajar pemula, ini langkah yang tidak tepat. Kami nasihatkan, mulailah dari kitab yang kecil dan ringkas, lalu apabila sudah engkau kuasai dengan baik, barulah engkau menyibukkan diri dengan kitab-kitab yang besar dan panjang.
Keempat, Jangan Berpindah dari Satu Kitab ke Kitab Lainnya tanpa Ada Sebab
Berpindah dari satu kitab ke kitab lainnya, baik kitab yang ringkas atau yang tebal-tebal, merupakan penyakit yang berbahaya, yang akan bisa memutus pelajaran seseorang serta membuang-buang waktunya. Kecuali, hal itu ada sebabnya, misalnya engkau tidak menemukan guru yang bisa mengajarkan kitab itu, tetapi menemukan guru lain yang bagus dan amanah yang mengajarkan kitab ringkas lainnya.
Kelima, Mencatat Faedah dan Kaidah Ilmiah
Ini juga perkara yang penting. Kalau ada sebuah faedah yang hampir-hampir tidak pernah terbayangkan di pikiran atau jarang disebut dan dibahas atau ada perkara baru yang perlu untuk diketahui hukumnya, segeralah menulis dan mencatatnya, jangan berkata: “Itu sesuatu yang saya ketahui dengan baik, tidak perlu mencatatnya, insya Allah saya tidak akan lupa.” Karena, engkau akan sanat cepat melupakannya.
Adapun mengenai kaidah, pahamilah dengan baik serta bersungguh-sungguhlah dalam memahami apa yang disebutkan para ulama tentang alasan sebuah hukum. Karena, semua alasan yang berhubungan dengan hukum masalah fiqih bisa dianggap sebuah kaidah karena merupakan dalil dari sebuah hukum. Alasan dan sebab ini sangat banyak dan setiap sebab mencakup banyak permasalahan lainnya. Misalkan kalau ada yang berkata, “Apabila ada orang yang ragu-ragu apakah air ini suci atau najis, maka hukumnya didasarkan pada yang diyakininya.” Ini merupakan sebuah hukum sekaligus sebuah kaidah, karena pada dasarnya segala sesuatu itu sama dengan keadaan sebelumnya. Jadi, apabila Anda ragu-ragu tenang kejanisan sesuatu yang suci, maka pada dasarnya ia suci. Atau sebaliknya, ragu-ragu tentang sucinya sesuatu yang najis, maka pada dasarnya najis. Karena, pada dasarnya segala sesuatu tetap pada keadaan semula.
Oleh karena itu, seandainya seseorang setiap kali menemukan alasan hukum semacam ini, lalu memahaminya dan menguasainya, kemudian digunakan untuk menjawab berbagai permasalahan, maka ini merupakan sebuah faidah yang besar bagi dirinya maupun orang lain.
Keenam, Membulatkan Tekad untuk Menuntut Ilmu dan Meningkatkannya, Penuh Perhatian dan Mempunyai Keinginan Keras untuk Bisa Mencapai Derajat yang di Atasnya sehingga Bisa Menguasai Kitab-Kitab Besar dan Pnjang Lebar dengan Sebuah Dasar yang Kokoh
Seorang pelajar hendaknya membulatkan tekad untuk menuntut ilmu. Jangan tengok kanan, tengok kiri. Sehari belajar, sehari untuk buka toko, besoknya lagi untuk jualan sayuran. Perbuatan ini tidak disarankan.
Selama engkau masih yakin bahwa belajar adalah jalan hidupmu, maka bulatkan tekad dan konsentrasikan pikiranmu padanya, serta bertekadlah untuk bisa terus maju, jangan jalan di tempat. Pikirkanlah apa yang sudah engkau kuasai dari berbagai dalil dan permasalahan sehingga engkau bisa semakin naik tingkat sedikit demi sedikit.
Ketahuilah, bahwa mempelajari kitab-kitab yang ringkas kemudian baru kitab-kitab yang panjang yang dibuat untuk pendasaran dalam belajar oleh para ulama berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung perbedaan madzhab dan tergantung pula dengan ilmu yang dikuasai oleh para ulama di daerah tersebut. Juga, keadaan ini berbeda antara satu murid dengan yang lainnya karena perbedaan tingkat kepahaman, kekuatan atau lemahnya persiapan, bebal atau encernya otak.

Friday, January 15, 2010

Kegiatan selama Liburan Semester

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

* 05.30 : Bangun tidur, Sholat subuh, Merapikan tempat tidur
* 06.35 : Mandi, makan pagi
* 07.30-10.45 : Pergi ke rumah kawan
* 12.00 : Pulang kerumah, Solat zuhur, makan siang
* 13.30-16.54 : Pergi ke warnet
* 17.45 : Pulang kerumah, solat Ashar, mandi
* 18.14 : Sholat Magrib, Makan malam
* 19.34-21.30 : Menonton TV
* 22.00-05.30 : Tidur

Monday, November 30, 2009

Selamat Hari Guru 2009

Kata-kata itu yang terlintas oleh tim penyambut guru-guru di SMP 19. Saya kaget melihat ada keramaian disekolah, pagi sekali saya datang ke sekolah (pukul 6.00 WIB), tiba-tiba di pintu masuk sekolah saya mendengar suara nyanyian dan suara galon (Lamuru) dengan cukup kencang. Karena saya tidak tahu apa-apa, akhirnya saya mencoba masuk ke sekolah, dan ternyata hari ini adalah hari guru.

Tertempel di atas pintu masuk sekolah kami Smp19 kami ucapan Selamat Hari Guru 2009. Penyambutan Guru-guru Smp 19 dilakukan oleh OSIS Smp19. OSIS tersebut merupakan perwakilan dari seluruh siswa SMP19 untuk menyambut kedatangan para guru-guru. Setiap guru yang datang, OSIS membentuk formasi pedang pora di depan meja resepsionis hingga ke plaza. Lamuru siap di depan kantin untuk memainkan lagunya jika ada aba-aba “Guru Dataaang!”. Menarik bukan? Selama 3 tahun saya berada di SMP19 ini, saya rasa baru tahun ini ada acara peringatan Hari Guru. Di setiap ruang kelas SMA, tertempel kertas berukuran A3 sebagai media untuk menuliskan ucapan terima kasih atas jasa-jasa guru kita.

Setiap istirahat pun, menjadi sebuah momen yang menarik. Hal tersebut karena diputarkannya lagu-lagu mengenai jasa guru, dan sebagainya. Berikut adalah sebuah lagu berjudul “JASAMU GURU” yang turut diputarkan disaat-saat waktu pagi hari dan waktu istirahat berlangsun
Nama : M.Okta Pratama
Kelas : 9.6
Alamat : Jln.Jend.Sudirman Km4 Rt25 rw09 lrg.Amal I depan Polda